Klasifikasi Tanaman Agathis Genus Agathis, umumnya disebut
damar, atau dalam bahasa Maori disebut kauri, adalah genus dari 21 spesies
pohon yang berdaun sepanjang tahun dari famili konifer purba Araucariaceae.
Meskipun dahulunya menyebar luas selama periode Jurasik, sekarang mereka hanya
ditemukan di daerah yang lebih kecil di belahan Bumi selatan. Pohon-pohon ini
bercirikan batang yang sangat besar dan percabangan sedikit atau tidak pada
beberapa bagian ke atas. Pohon muda biasanya berbentuk kerucut; hanya saat
dewasa tajuknya menjadi lebih membulat atau tidak beraturan.
Klasifikasi Agathis
- Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
- Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
- Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
- Divisi: Coniferophyta
- Kelas: Pinopsida
- Ordo: Pinales
- Famili: Araucariaceae
- Genus: Agathis
- Spesies: Agathis borneensis Warb
Jenis pohon Agathis spp. dengan nama daerah (damar
(Indonesia); dayu- ngon (Pilipina); kauri (England);kauri pine (Papua New
Guinea); damar minyak (dagang).
Di Indonesia penyebarannya cukup luas yaitu Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. Beberapa jenis pohon agathis yang
terpenting menurut daerah penyebaran alamnya antara lain Agathis alba Warb
(Sumatera, Maluku), A. bornensis Warb (Kalimantan), A. becarii Warb
(Kalimantan), A. loranthifolia Salisb (Maluku), A. hanii (Sulawesi), A.
phillipinensis Warb (Sulawesi) dan A. labillardieri Warb (Papua). Tanaman
agathis tumbuh baik pada keadaan/persyratan seperti di bawah ini : Daerah
dengan tinggi tempat 300 m sampai ± 1500 m diatas permukaan laut, kecuali A.
bornensis dapat tumbuh mulai dari ketinggian tempat 0 – 50 m dpl, A. becarii
mulai dari ketinggian tempat 50 m dpl, A. hamii 0 – 900 m dp dan A. alba mulai
dari ketinggian 200 m dpl; Tanah relatip subur, sarang dan bersolum dalam
kecuali A. boornensis pada tanah berpasir (hutan kerangas)' Tipe iklim A dan B
menurut klasifikasi Schmidt-Ferguson dengan curah hujan 3000 – 4000 mm/tahun.
Tidak terdapat musim kemarau yang panjang/keras, dengan paling sedikit 30 hari
hujan selama 4 bulan yang paling kering.
Tinggi hingga 65 m, diameter banir, cabang besar sering
mencuat ke atas, tidak beraturan. Kulit batang abu-abu muda hingga cok- lat
kemerahan, mengelupas dalam serpihan besar tipis, berbentuk tidak beraturan,
biasanya bopeng karena resin. Kayu gubal keputih-putihan hingga kecoklatan,
kadang bersemu merah jambu tanpa teras yang jelas. Daun dewasa berhadapan,
bundar telur, panjang 6 – 8 cm, lebar 2 – 3 cm, pangkal daun membaji, ujung
runcing, banyak tulang daun sejajar. Bunga jantan dan betina berada pada tandan
berbeda, pada pohon yang sama (berumah satu). Kerucut betina berbentuk elips
hingga bundar berukuran 6 – 8,5 x 5,5 – 6,5 cm; terdiri dari sayap berukuran 30
– 40 x 20 – 25 mm, berbentuk segitiga kasar, batas bagian ujung membulat,
sisinya rata, panjang 3 – 4 cm, diameter melintang 10 mm. Tangkai dari kelompok
atau sebagian kerucut ja ntan memanjang hingga 4 mm, bersifat permanen atau
menyatu dengan dasarnya; diameter melintang microsporophyl berukuran hingga 2
mm, bagian ujung membulat.
Kayunya bernilai tinggi terutama digunakan untuk
pertukangan, pulp dan kayu lapis termasuk kelas awet IV dan kelas awet III,
berat jenis kayu ± 0,49. Selain itu pohon agathis menghasilkan damar (kopal),
kecuali A. phillipinensis. Kopal tersebut digunakan untuk cat, vernis spiritus,
plastik, bahan sizing, pelapis tekstil, bahan water proofing, tinta cetak, dan
sebagainya.
Produksi kopal dihasilkan oleh tanaman Agathis sp., yaitu
dengan melakukan pelukaan terhadap kulit pohon Agathis sp., setelah dilakukan
pelukaan pada kulit maka kulit tersebut akan mengeluarkan getah yang disebut
kopal. Potensi keluarnya getah secara kuantitatif pada dasarnya dipengaruhi
oleh faktor pasif yaitu: kualitas tempat tumbuh, umur, kerapatan, tinggi
tegakan dan diameter tegakan. Keadaan tegakan dengan pohon yang terlalu rapat
dan diameter pohon yang kecil mengakibatkan produksi kopal per pohon relatif
kecil. Kurangnya cahaya matahari yang masuk kedalam tegakan menyebabkan suhu
udara didalam tegakan menjadi relatif rendah, hal ini menyebabkan kopal menjadi
cepat mengeras sehingga penetesan menjadi terhambat. Besar kecilnya diameter
pohon berpengaruh terhadap banyak sedikitnya luka sadap yang dibuat pada pohon,
semakin besar diameter atau keliling pohon, maka semakin banyak luka sadapan
yang dibuat dan semakin banyak pula getah yang dihasilkan. Produktivitas
sadapan kopal sangat dipengaruhi oleh ketebalan kulit batang tegakan tersebut,
yang memiliki ketebalan kulit bervariasi dari yang berkulit tipis (kurang dari
1 cm) sampai tebal (lebih dan sama dengan 1 cm). Perbedaan ketebalan kulit
tersebut menunjukkan perbedaan produktivitas sadapan kopal. Pada jenis damar
yang berkuli tebal lebih banyak menghasilkan getah daripada jenis damar yang
berkulit tipis.
Secara fisiologis getah tersimpan dalam saluran vertikal dan saluran radial
yang melintang pada pohon. Saluran tersebut dikelilingi oleh jaringan
parenkima. Antara saluran getah dan sel¬sel parenkima terjadi suatu
keseimbangan osmotik. Apabila timbul pelukaan pada pohon yang menyebabkan
saluran getah terbuka, maka tekanan dinding berkurang, keseimbangan osmotik terganggu,
sehingga getah mengalir keluar dari saluran mengikuti alur pelukaan.
Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa beberapa aspek ekofisiologis pohon
mempengaruhi produksi kopal sehingga strategi untuk meningkatkan produksi kopal
harus dilakukan dengan memperhatikan aspek ekofisiologis tersebut, yaitu : Melakukan
penanaman sesuai dengan persyaratan tumbuh pada habitat alaminya. Penanaman
Agathis sp. pada lokasi tempat tumbuh yang sesuai dengan persyaratan tumbuhnya
akan menghasilkan pertumbuhan pohon Agathis sp yang optimal dengan pertumbuhan
pohon yang optimal akan berdampak positif terhadap produksi kopal.[kt]